READ THIS!!!!!!

BLOG INI DI LINDUNGI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA!! MOHON UNTUK TIDAK MENGIKUTI/MENYALIN/MEMBAJAK. BOLEH BACA INI UNTUK BAHAN PERTIMBANGAN http://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_19_Tahun_2002
BE CREATIVE GUYS!! JADI ANAK NEGERI YANG BERKARYA!! DAN JANGAN BANGGA DENGAN DENGAN HASIL JIPLAKAN!thks.

Kamis, 28 November 2013

14 Days: Kara, Jani, Nata.

Sebuah kisah klasik yang terjadi diantara beberapa remaja, persahabatan yang tidak luput dari cerita percintaan. Hal spele yang mampu membuat pertarungan, namun hikmah besar yang membuat perdamaian.

Sebut saja namanya Kara, cewek yang bawel dan mempunyai banyak teman cowok. Kara punya 2 sahabat, Jani, dan Nata. Mereka bisa menjadi sekubu, semenjak malam inagurasi di sekolah. Kara berusaha untuk fair kepada kedua sahabatnya itu, tetapi dia tidak merasakan hal yang setimpal, terutama dari Jani.

Suatu hari, Jani sibuk bercerita tentang cowok incarannya yang baru kepada Nata, didepan Kara, tanpa mau mengajaknya, dan memintanya untuk mendengar. Sesekali Kara sedikit mengode agar dapat mengetahui apa yang sahabatnya rasakan, karena dia merasa, jika sahabatnya senang, otomatis dirinya senang.

Hari kedua, Jani tetap berbuat hal yang sama. Sekali Kara menanyakan kepada Nata, apa yang diceritakan Jani kepadanya. Namun, Nata tidak memberi jawaban, ia bilang, ia hanya pendengar, bukan mediasi untuk menyampaikan apa yang disampaikan sahabatnya. Kara terdiam, dia tidak bisa memaksa. Kara merasa mungkin dia harus sedikit bersabar menghadapi sahabatnya.

Hari ketiga, Jani muai menceritakan apa yang dia rasa. Dengan perasaan bahagia, Kara menjadi pendengar yang baik, dan senantiasa memberikan solusi jika sahabatnya membutuhkan saran. Kara merasa jadi seorang sahabat yang dihargai oleh Jani, walaupun dia merasa, kadar penghargaan Jani kepada Kara, tidak lebih banyak dari penghargaan Jani kepada Nata.

Hari kelima. Jani mulai bersikap seperti sebelumnya, tidak ingin menceritakan apa yang dia rasakan kepada Kara, Kara mencoba sabar. Kara memilih melupakan apa yang dia rasa dengan cara bermain bersama teman-teman laki-lakinya. Tertawa, bernyanyi, meledek, semuanya menjadi obat paling ampuh bagi Kara. Walaupun dilihat dari ujung lorong sekolah, Jani dan Nata terkesan menjauhinya.

Hari keenam. Kara memberanikan diri menanyakan apa maksud semua sikap Jani yang terkesan membedakan sahabat. Padahal, Kara pernah menunjukan sebuah artikel mengenai tips bersahabat tiga orang, yaitu, ‘jangan pernah membeda-bedakan sahabat’.
Kara berbicara dengan sangat halus, dia tidak ingin sahabatnya itu tersinggung. Dan Nata, Nata tidak ada di tempat. Padahal, Kara merasa Nata berperan penting dalam situasi seperti ini. Misalnya, untuk meluruskan apa yang tidak lurus diantara mereka bertiga, karena Nata satu-satunya yang terkesan tidak membeda-bedakan.
Jani merasa bersalah, dia meminta maaf atas sikapnya kepada Kara. Dia menyesal. Akhirnya Jani menceritakan apa yang dia rasakan, banyak, sangat banyak. Tapi Kara tidak ingin menerima semua. Kara tidak ingin terlalu intim mengetahui tentang Jani, Kara takut khilaf. Jani tidak marah, tapi dia terlihat kontra dengan pendapat Kara. Walaupun kontra, Jani mengalah. Mereka baikan, dan berpelukan.

Hari ketujuh. Ada event sekolah yang mengharuskan siswanya mengurus event itu sendiri. Kara, sebagai anak yang supel cukup berperan penuh di event ini. Jani, sebagai anak yang mengerti dan pandai dalam organisasi kepemimpinan, juga berpengaruh besar. Sedangkan Nata, mendukung penuh sahabatnya.
Event ini memaksa Kara dan Jani untuk bekerja sama dengan ketua umum, Kaneen. Anak laki-laki yang tidak terlalu menonjol, namun dipercaya guru-guru karena pengalaman-pengalamannya dalam mengurus event-event. Awalnya, Kara mencoba professional, namun lama-kelamaan dia merasa hal yang beda. Termasuk Jani. Mereka berdua menyukai Kaneen.

Hari kedelapan. Kara sering berkomunikasi dengan Kaneen, dan tidak jarang menceritakan apa yang dia bicarakan didepan Jani dan Nata, tanpa memberi tahu ketiga sahabatnya, bahwa dia menyukainya. Diam-diam, Jani juga berkomunikasi dengan Kaneen, dia menceritakan kedekatannya dengan Kaneen hanya kepada Nata, karena Jani merasa Kara juga menykai Kaneen.
Jani mencoba untuk menghargai perasaan sahabatnya dengan mencoba tidak merespon yang diberikan oleh Kaneen, namun sulit, Jani tidak berdaya, ia memilih tetap merespon, dan merahasiakan perasaan dan kedekatan dia dengan Kaneen.

Hari kesembilan. Kara merasa Jani menjauh. Apalagi saat Jani sedang berdua dengan Nata, yang terlihat hanya sharing seru. Tapi Kara mencoba tahu diri, dia sendiri yang meminta Jani untuk tidak menceritakan lebih intim tentang dirinya kepada Kara. Walaupun Kara sendiri mengerti, menceritakan apa yang Jani rasakan saat itu, tidak terlalu intim.
Dikesunyian lorong, terblesit dipikiran Kara tentang Kaneen. Dia mulai merasa jika Jani menyukai Kaneen, sama halnya dengan dia. Namun melihat reaksi misterius Jani, Kara dapat menyimpulkan bahwa Kaneen juga menyukai Jani. Sampai akhirnya Kara bercerita tentang keanehan sikap Jani, kepada Nata.
‘kali ini aku bisa bantu, aku bisa menjadi mediasi sahabatku untuk berbaikan’, itu yang dikatakan Nata. Sampai akhirnya Jani dan Kara dipertemukan, dan mulai membiacaran apa yang mereka rasakan satu sama lain. Engga jarang derai air mata mengalir dipipi Kara dan Jani, mereka tidak sedih, mereka terharu dan tertawa. Mereka merasa terlalu kekanak-kanakan untuk menyelesaikan masalah spele seperti ini. Ujung cerita, Jani meminta waktu kepada Kara untuk menjauhi Kaneen. Namun Kara melarangnya, Kara membiarkan Kaneen dengan Jani, karena dia tau, Kaneen menyukai Jani.

Hari kesepuluh. Kara, Jani, dan Nata melewati hari dengan peraaan bahagia. Mereka merasa tidak ada lagi yang mengganjal, semuanya plong. Dan Kaneen, walaupun hati Kara tidak bisa bohong dia masih menyimpan rasa, namun dia mencoba ikhlas. Terkesan munafik memang, terkesan sok pahlawan, namun Kara tidak perduli, yang penting sahabatnya utuh.

Hari kesebelas. Tidak sengaja Kara bertanya apa yang udah Jani ceritakan kepada Nata, saat Nata tidak ada ditempat. Jani menjawab, ‘kalau aku menceritakan, sama saja aku member tahu kamu, kan? Sedangkan kamu sendiri memintaku untuk tidak bercerita sesuatu yang intim kepadaku’.
Tentu saja Kara tersenyum dan tertawa kecil, Kara senang karena temannya mengingatkannya tentang komitmen yang dia pegang. Komitmen bersahabat, tidak harus selalu intim dalam menceritakan sesuatu.

Hari keduabelas. Nata mulai sibuk karena ikut dalam kepanitiaan dalam event sekolah. Kara dan Jani senang, jadi mereka tidak ada yang mengganggur, dan bisa bekerja ama dalam hal yang menarik, seru, dan menambah pengalaman ini.
Kara, Jani, dan Nata jarang bertemu disekolah, padahal mereka nyari satu hari berada di sekolah. Walaupun jarang bertemu, tapi Kara dan Jani saling bekerja sama, karena mereka membutuhkan satu sama lain. Sedangkan Nata, dia berada dibagian yang tidak ada kaitannya dengan Kara dan Jani.

Hari ketigabelas. Semua panitia free. Kara sedang menemani Jani dirumahnya. Jani bercerita, ia tidak lagi dekat oleh Kaneen karena sesuatu. Kara mengira sesuatu itu mungkin karena Kaneen mulai eksis dikalangan anak-anak disekolah, jadi jiwa playboy yang dimiliki mulai muncul, jadi Jani menjauhinya.
Kara dan Jani mengunjungi sebuah rumah makan, dan tidak sengaja bertemu Kaneen. Kara melihat sesuatu diantara Kaneen dan Jani, mereka memasang tampang aneh. Jani terlihat malu, dan Kaneen terlihat tidak ingin menatap Jani. Dalam pikiran Kara, mungkin Jani disakiti oleh Kaneen. Namun ia tidak mau bertanya, walaupun ini tidak intim, biarkan Jani yang menceritakan sendiri kepadanya.

Hari keempatbelas. Event sekolah terbesar yang pernah ada. Kara datang sendiri, dan mendapati Jani sedang menangis di taman sekolah diselimuti kegelapan. Kara menghampiri dan mulai mencari tahu, apa yang membuat sahabatnya sedih.
‘Nata, Nata bersama Kaneen. Nata merebut Kaneen. Nata membiarkan aibku diketahui anak-anak lain. Nata dan Kaneen brengsek!’, itu yang dikatakan Jani. Kara tidak mengerti apa yang Jani maksud. Setelah diceritakan secara detail, Kara seKarang mengerti. Nata udah merebut pujaan hati Jani, Kaneen. Dan Kaneen, sudah merebut harga diri Jani. Sebagai perempuan yang dimabuk cinta, Jani tidak berdaya, ia menerima permintaan Kaneen yang cabul pada saat itu.
‘maafkan mereka, Jani’.
‘kali ini aku mengerti komitmenmu untuk tidak mengetahui aku lebih intim. Nata, sahabat yang aku pikir akan menjaga, dan menghargai apa yang aku ceritakan, justru berbuat terbalik dengan kamu, Kara. Maafkan aku, aku tidak mempercayaimu’.
Kara mencoba menenangkan Jani, menjelaskan apa yang harus sahabatnya lakukan dengan hati-hati, dia tidak mau sahabatnya ini merasa salah dalam bertindak dan memilih menghentikan hidup. Namun tiba-tiba kabar mengejutkan sampai ditelinga Jani dan Kara. Kaneen dan Nata kecelakaan. Mereka tewas ditempat setelah membawa dana event yang cukup besar. Kara dan Jani kini mengetahui yang selama ini tidak mereka ketahui. Dibalik sikap Nata yang selalu baik, dan tidak membedakan sahabatnya, ada niat busuk. Yaitu mengetahu tehnik, dan rahasia Jani yang notabennya adalah orang dengan kelas atas. Sehingga ia dapat membajak yang Jani punya. Dan Kaneen, dibalik sikapnya yang pendiam, dia juga penjahat dalam hal apapun. Terutama dengan perempuan.
Dipemakaman Nata dan Kaneen, Jani dan Kara tersenyum tapi sambil menangis. Bukannya mereka senang Kaneen dan Nata, orang yang sudah membuat mereka berdua sakit hati telah tiada, tapi mereka bersyukur, Kaneen dan Nata tidak akan bisa menyakiti hati orang lain lagi selain mereka.
Kara dan Nata berdoa, dan mencoba memaafkan apa yang sudah Kaneen dan Nata lakukan. Keikhlasan yang sangat sulit untuk dijalani, keihklasan yang sangat besar berpengaruh, dan keihklasan yang akan membawa Kara, Jani, Nata, dan Kaneen dalam ketenangan didunianya masing-masing.

"Tidak perlu percaya seratus persen kepada sahabat, karena sahabat juga seorang manusia yang bisa khilaf. Percayalah pada Allah SWT. InsyaAllah, Dia akan menunjukan jalan, dan melindungimu selalu."

"Keikhlasan adalah mutiara indah dalam hati."

"Keikhlasan yang sesungguhnya datang bukan hanya dari dorongan hati, tapi juga dari sebuah ujian hidup."


Sungguh engga ada maksud untuk sok bijak, hanya mencoba belajar dari apa sebuah kasus yang pernah saya lihat langsung dengan menerapkannya ke sebuah cerita narasi. Masih banyak kesalahan, namanya juga belajar. Ikhlas kok di kritik. Terimakasih. -indahtiarakasih-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar